Apa masalah kesehatan yang perlu dukungan surveilans ?
Apa beda tujuan surveilans dan tujuan program ?
Apa beda tujuan surveilans dan indikator kinerja surveilans ?
Bagaimana hubungan tujuan survielans dengan analisis data surveilans ?
Pada Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, disebutkan bahwa surveilans
bertujuan untuk menyediakan data dan informasi epidemiologi secara nasional, provinsi dan
kabupaten/kota yang dimanfaatkan untuk :
- dasar manajemen
kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program kesehatan dan
- peningkatan
kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat
Menurut
Stephen B. Tachker,
kegunaan surveilans
cukup luas :
- Menghitung estimasi besar masalah kesehatan
- Menggambarkan riwayat alamiah penyakit
- Deteksi KLB
- Dokumentasi distribusi dan sebaran kejadian
kesehatan
- Mengfasilitasi riset epidemiologi atau
laboratorium
- Menguji hipotesis
- Evaluasi program penanggulangan masalah
kesehatan
- Memantau perubahan agent penyakit
- Memantau kegiatan isolasi
- Deteksi perubahan mutu pelayanan
- Perencanaan
Esensi surveilans (epidemiologi/kesehatan masyarakat) adalah memanfaatkan data untuk memantau masalah-masalah kesehatan dan mendorong dilaksanakannya upaya penanggulangan. Surveilans dapat membantu menentukan prioritas-prioritas masalah kesehatan, menentukan pilihan strategi atau metode penanggulangan terbaik, memandu tahapan upaya penanggulangan, dan melakukan kajian efektivitas upaya penanggulangan penyakit atau masalah kesehatan lainnya.
Contoh
- Distribusi penyakit DBD menurut Kabupaten/Kota berdasarkan angka kesakitan (stratifikasi daerah), dapat membantu program menentukan daerah prioritas yang perlu segera dilakukan upaya penanggulangan.
- . Distribusi penyakit DBD menurut waktu menunjukkan pola musiman, sehingga dapat membantu program menentukan kapan sebaiknya tindakan pengendalian vektor dilakukan dan kapan tindakan darurat pelayanan rumah sakit mulai diaktifkan.
- Distribusi penyakit DBD menurut waktu dan daerah dapat membantu program melakukan evaluasi efektifitas tindakan pengendalian vektor yang sudah dilakukan.
Setiap penyelenggaraan suatu sistem surveilans
tertentu perlu ditetapkan adanya tujuan yang jelas dan terukur. Jelas itu adalah obyektif apa, kapan
dan dimana tersedia produksi informasi epidemiologi sebagai hasil kerja
surveilans, jelas manfaat dari informasi epidemiologi yang diperolehnya, dan jelas
siapa atau unit apa yang memanfaatkan informasi epidemiologi tersebut. Terukur dalam artian dapat diukur dengan ukuran
kuantitatif sesuai dengan ukuran-ukuran epidemiologi, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan dan diperbandingkan antar waktu dan antar populasi atau
antar tempat/daerah
Tujuan surveilans berbeda dengan tujuan program, tetapi surveilans sebagai bagian dari suatu program, dan oleh karena itu tujuan surveilans terkait dengan tujuan-tujuan program. Pada suatu program kesehatan, tujuan program adalah mendapatkan penyelesaian masalah kesehatan, pencapaian tujuan diukur dalam bentuk rate tertentu, misalnya besar penurunan incidence rate, prevalence rate, mortality rate atau case fatality rate. Sementara tujuan surveilans yang terkait dengan program tersebut adalah mengukur seberapa besar penyelesaian masalah kesehatan tersebut telah dapat dicapai, yang biasanya diukur dalam bentuk rate yang sama.
Tujuan surveilans berbeda dengan tujuan program, tetapi surveilans sebagai bagian dari suatu program, dan oleh karena itu tujuan surveilans terkait dengan tujuan-tujuan program. Pada suatu program kesehatan, tujuan program adalah mendapatkan penyelesaian masalah kesehatan, pencapaian tujuan diukur dalam bentuk rate tertentu, misalnya besar penurunan incidence rate, prevalence rate, mortality rate atau case fatality rate. Sementara tujuan surveilans yang terkait dengan program tersebut adalah mengukur seberapa besar penyelesaian masalah kesehatan tersebut telah dapat dicapai, yang biasanya diukur dalam bentuk rate yang sama.
Tujuan surveilans akan membantu penyelenggaraan sistem
surveilans lebih fokus, sistematis, dukungan anggaran yang diperlukan lebih
jelas, penggerakan sumberdaya menjadi lebih efisien dan terarah serta
kinerjanya dapat diukur, diperbandingkan dari waktu ke waktu, dan dari wilayah
satu ke wilayah lain serta dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk memberikan pemahaman yang memadai, dibahas
hubungan beberapa jenis program dengan tujuan-peran surveilans dalam mendukung
kinerja program.
Contoh
:
Progran Pengendalian
Pnemonia
Tujuan program :
Menurunkan risiko kematian
anak yang menderita pnemonia
- terlaksananya pengobatan standar kasus pnemonia anak minimal 80% dari estimasi jumlah kasus pnemonia di setiap wilayah Puskesmas
- case fatality rate pnemonia menurun menjadi kurang dari 5% dari jumlah kasus pnemonia yang mendapat pengobatan standar di setiap Puskesmas
Tujuan surveilans :
Mengetahui gambaran
epidemiologi pnemonia berobat dan hasil pengobatan
- diketahuinya
jumlah kasus pnemonia menurut Puskesmas dan periode waktu mingguan
- diketahuinya jumlah
kasus pneumonia yang
mendapat pengobatan standar menurut Puskesmas dan periode waktu mingguan
- diketahuinya jumlah
kasus pnemonia
yang mendapat
pengobatan standar meninggal (case fatality rate) menurut
Pukesmas dan periode waktu mingguan
Kegiatan program
pengendalian pnemonia adalah menemukan semua penderita pnemonia dan memberikan
pertolongan dengan pengobatan/perawatan standar. Oleh karena itu, peran
surveilans pertama adalah menunjukkan daerah atau jenis populasi mana yang
perlu mendapat prioritas dibanding kelompok lain, agar program dilaksanakan
lebih efektif dan efisien. Peran surveilans kedua adalah melakukan monitoring
dan evaluasi telah seberapa jauh kegiatan program telah berhasil mencapai
tujuan program.
Pada program pengendalian
pnemonia, dan program-program lain dimana penemuan dan tindakan terhadap
penderita menjadi salah satu programnya sering terjadi perdebatan batas
kegiatan program dan kegiatan surveilans pada kegiatan penemuan penderita.
Apakah ini tugas program atau tugas surveilans pada program tersebut ?.
Pada program pengendalian
pnemonia ini, bisa jadi upaya penemuan penderita menjadi tugas program,
sehingga bisa ditemukan sejumlah penderita sesuai tujuan program, sementara
surveilans berperan menghitung jumlah penderita yang ditemukan menurut
karakteristik waktu, tempat dan orang, sesuai kebutuhan untuk membantu program
untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Pada kejadian terakhir ini,
semakin menunjukkan bahwa program dan surveilans berada dalam satu kendaraan
menuju pencapaian kinerja program yang diharapkan, tetapi sekaligus menunjukkan
perlu adanya kejelasan peran program dan surveilans, sehingga ancangan kegiatan,
anggaran, penggerakan sumber daya dan hasil kerja dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan.
Contoh :
Program Pengendalian Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Tujuan program :
- menurunnya
insiden demam berdarah kurang dari 50 kasus per 100.000 penduduk di setiap
kabupaten/kota
- menurunnya cafe
fatality rate<1% di setiap kabupaten/kota
Tujuan surveilans :
Teridentifikasinya setiap kasus demam berdarah dengue berobat (insidens rate) dan
jumlah meninggal (CFR) di rumah sakit di setiap kabupaten/kota dan periode waktu bulanan dan tahunan
Berbeda dengan program pengendalian pnemonia, program
pengendalian DBD bertujuan menurunkan angka kesakitan dan angka fatalitas kasus
(CFR), sehingga upaya mengendalikan faktor risiko dan mencegah jatuh sakit menjadi
salah satu strategi yang diterapkan, disamping strategi untuk menjamin agar
penderita DBD dapat tertolong dengan sistem rujukan, dan perawatan yang baik
Strategi program dalam upaya menurunkan angka kesakitan adalah
mengendalikan nyamuk Aedes agypti, sehingga mata rantai penularan dapat
diputus, dan besarnya jumlah penularan dapat dikurangi, sehingga jumlah
penderita juga dapat dikurangi ,.
Sama dengan program pengendalian pnemonia, peran surveilans
utama adalah membantu program dengan cara menentukan tingkat kerentanan
populasi berdasarkan waktu, tempat dan karakteristik masyarakat (angka
kesakitan, angka kematian, angka fatalitas kasus, kejadian luar biasa).
Untuk mencapai tujuan
surveilans tersebut, dapat dikembangkan
1. surveilans berdasarkan
survei kasus pada populasi secara berkala (times series),
2. surveilans berdasarkan data
kasus baru berkunjung/berobat ke unit pelayanan untuk membuat estimasi besarnya
angka kesakitan dan angka kematian menurut wilayah, umur dan jenis kelamin,
atau
3. surveilans berdasarkan data
perubahan jenis dan jumlah tempat-tempat perindukan nyamuk, jenis dan kepadatan
nyamuk, demografi, musim, lingkungan tempat tinggal dan faktor risiko lainnya
yang digunakan untuk meng-estimasi tingkat kepadatan nyamuk dan dampaknya
terhadap angka kesakitan dan angka kematian DBD.
Berdasarkan informasi
surveilans tersebut, maka program dapat menentukan prioritas daerah atau
kelompok populasi dalam upaya pengendalian nyamuk penyebab demam berdarah, atau
adanya penentuan strategi yang spesifik
untuk masing-masing daerah dan populasi.
Disamping sumber data dari
data sudah lewat beberapa waktu sebelumnya, sebagaimana contoh diatas, data
yang diperoleh pada periode waktu berjalan, juga menjadi sumber data surveilans
yang penting, terutama pada penyakit potensi KLB seperti DBD ini. Perkembangan
kasus (perubahan jumlah, risiko, dan tipe virus) dan perubahan kondisi
lingkungan (kepadatan nyamuk, musim atau curah hujan, tumbuhnya tempat-tempat
perindukan nyamuk dsb) dapat diidentifikasi melalui sistem deteksi dini kasus
dan sistem deteksi dini kondisi rentan serta diikuti dengan respon peningkatan
kewaspadaan, respon investigasi dan respon penanggulangan. Ini menjadi konsep
dasar model SKD-KLB yang akan tersendiri.
Tujuan program pengendalian
DBD kedua, yaitu, menurunkan angka fatalitas kasus (CFR) dapat disamakan dengan
tujuan program pengendalian pnemonia, yaitu menemukan dan mengobati/merawat
penderita DBD
Contoh :
Program Pengendalian
Influenza Pandemi
Tujuan program :
Dapat tertanggulanginya dengan cepat setiap kejadian episenter
influenza pandemi
Tujuan surveilans :
- Deteksi
dini episenter influenza pandemi
- Memantau
perkembangan episenter influenza pandemi
- Memastikan
tidak adanya transmisi virus influenza pandemi dari orang ke orang
Berbeda dengan dua contoh sebelumnya,
pada Program Pengendalian Influenza Pandemi, sering kita sebut sebagai
menyiapkan pasukan tempur yang medan pertempuran belum ada, tepatnya mungkin
akan terjadi. Program yang sama adalah pada program eradikasi polio dengan
diselenggarakannya surveilans AFP dan virus polio liar, program penanggulangan
SARS dengan surveilans SARS, dsb.
Program penanggulangan episenter pandemi
influenza, adalah terus mempersiapkan diri agar pada waktu episenter pandemi
influenza terjadi, maka penggerakan sumber daya dapat dilakukan dengan cepat
dan tepat.
Surveilans influenza pandemi yang
sedang berjalan adalah surveilans flu burung. Surveilans memainkan peran kunci,
pertama, deteksi dini adanya episenter dan sebaliknya, kedua, terus menerus membuktikan episenter pandemi
influenza tidak sedang terjadi. Jika episenter pandemi influnza terdeteksi
dini, maka program penanggulangan segera bertindak.
Dalam upaya membangun deteksi dini
kemungkinan terjadinya episenter pandemi influenza, maka dilakukan langkah
surveilans :
1.
Memantau perkembangan kejadian pandemi influenza di
seluruh dunia dan identifikasi kemungkinan menyebar ke wilayah Indonesia
2.
Memantau perkembangan influenza H5N1 pada hewan dan
manusia, baik berdasarkan pendekatan bukti epidemiologi adanya penularan dari
orang ke orang, maupun berdasarkan perubahan karakter virus (mutasi genetik)
3.
Memantau kemungkinan munculnya kasus pnemonia ganas dan
menular sebagai cluster pnemonia tertentu.
Salah satu peran surveilans pada
program ini adalah membuktikan bahwa, episenter pandemi influenza itu tidak
sedang terjadi, merupakan pekerjaan yang paling berat. Tujuan surveilans
tercapai apabila semua indikator kinerja surveilans menunjukkan surveilans
diselenggarakan dengan kualitas tinggi.
Indikator kinerja surveilans episenter
pandemi influenza menunjukkan kualitas surveilans sangat tinggi jika
1.
Setiap kasus suspek H5N1 dapat teridentifikasi dan dikonfirmasi,
dan terbukti tidak ada penularan kepada semua orang yang kontak erat dengan
penderita yang diamati (penularan gelombang kedua)
2.
Setiap kasus pnemonia ganas dan cluster pnemonia dapat
teridentifikasi dan konfirmasi serta dipastikan tidak ada penularan kepada semua
kontak erat dengan penderita yang diamati.
3.
Laporan berkala ada tidaknya kasus H5N1, cluster pnemonia dan pnemonia ganas dari
seluruh Kabupaten/Kota dan atau Unit-unit pelayanan telah dilakukan secara
teratur (zero reporting)
Berdasarkan data indikator kinerja
tersebut dapat disimpulkan :
1.
Apabila ketiga indikator tersebut diatas terpenuhi, maka
unit surveilans dapat menyatakan “tidak terdapat episenter pandemi influenza”
yang meyakinkan.
2.
Apabila salah satu indikator tersebut tidak memenuhi
indikator kinerja yang ditetapkan, maka pernyataan unit surveilans yang
menyatakan “tidak terjadi episenter
pandemi influenza” tersebut menjadi diragukan atau tidak diyakini kebenarannya.
Pada contoh kasus pandemi influenza,
jelas peran surveilans sangat bergantung kepada kebutuhan program, sebaliknya
program akan melaksanakan program dengan efektifitas dan efisiensi bergantung
kepada hasil kerja surveilans yang memiliki kulaitas kerja yang sangat tinggi.
Dr. S'im...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar